Darah yang Meng”hitam” dalam Debut Slengki n Brengki

Bagaimana rasanya jika kita selama ini sudah terlalu sering berdarah hingga darah kita menghitam akibat hataman kehidupan dari segala penjuru? Konflik sosial-politik, kehancuran lingkungan, degradasi kemanusiaan, bahkan hingga sulitnya membeli susu anak.

Rasa itulah yang menjadi bahan bakar dari lagu “Hitam”, sebuah debut dari sindikat punk penuh dosa asal Banjarnegara, Jawa Tengah, Slengki n Brengki.

“Lagu Hitam ini tentang konflik sosial-politik kehidupan yang berdarah-darah sampai darah kita menghitam. Tapi terkadang kita tidak sadar jika sedang berdarah karena saking dahsyatnya luka itu. Saking sakitnya, kita mati rasa” kata Sastagama, Co-Writter lagu Hitam.

“Lagu ini adalah kacamata dari kaum proletar pinggir jurang tentang segala fenomena ketidakadilan yang muncul, terutama eksploitasi kemiskinan. Miskin materi, miskin moral, dan miskin-miskin lainya.” tambah Christoporus Adi.

Slengki n Brengki beranggotakan Christoporus Adi (Gitar-Vokal), Sarrotama Wara (Drum), dan Brengki Cahyono (Provokator). Secara musik, Slengki n Brengki membawakan musik punk dengan dominasi gitar akustik, sedikit terinspirasi oleh genre musik serupa seperti Folk Punk, Gypsy Punk dan Celtic Punk.

Sindikat ini sendiri berawal dari ajakan untuk berkontribusi dalam proyek kompilasi “Memorial Exodus”, sebuah kompilasi perpanjangan suara dari kawan-kawan di Dieng mengenai pertentangan ekspansi panas bumi, dalam hal ini eksploitasi geothermal.

Tepat pada 30 September kemarin, “Hitam” diperdengarkan kepada khalayak ramai. Lagu ini telah tersedia di semua gerai Digital Streaming Platform ( Link: https://bfan.link/hitam-3 ).

Pemilihan tanggal rilis ini juga bukan tanpa alasan, 30 September bagi memori sebagian masyarakat kita merupakan titik awal dari sejarah kelam masa lalu. Lagu ini juga pengingat bahwa sejarah itu tidak boleh terulang.

Lagu ini juga sudah tersedia dalam format kaset pita dalam rangkaian kompilasi “Memorial Exodus” besutan Perpustakaan Rakjat dan Sastagama Legacy.

Kompilasi ini sudah bisa didapatkan di pasaran guna menjaga memori kolektif bahwa kita harus selalu berharap dan percaya akan datangnya kabar baik. Hitam!